• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

Perbanyaklah membaca Sholawat

آللّهُمَ صَلّ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ


Rasulullah Bersabda : "Perbanyaklah membaca shalawat pada malam Jum’at dan siang Jum’at, sebab pada ketika itu shalawat kamu diperlihatkan kepadaku." (H.R. Al-Thabrany dari Abu Hurairah ra.)



Dan diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz ra, bahwa ia menulis : “Sebarkanlah ilmu pada hari Jum’at, sebab bencana ilmu itu adalah lupa. Dan perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat atas Nabi SAW pada hari Jum’at.”

Dan Imam Syafi’i ra berka...ta : “Aku suka membanyakkan membaca shalawat dalam setiap keadaan, pada malam dan siang Jum’at lebih aku sukai, karena ia merupakan hari yang paling baik.”

Perbanyaklah bershalawat, karena shalawat itu menghapus kesedihan dan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.

.....................................................................................................................


Rasulullah S.A.W telah bersabda bahawa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail A.S. telah berkata kepadaku.



Berkata Jibril A.S. : “Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca shalawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, mak...a akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”



Berkata pula Mikail A.S. : “Mereka yang bershalawat ke atas kamu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.”



Berkata pula Israfil A.S. : “Mereka yang bershalawat kepadamu akan aku sujud kepada Allah S.W.T dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah S.W.T mengampuni orang itu.”



Malaikat Izrail A.S pula berkata : “Bagi mereka yang bershalawat ke atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi-nabi.”



Kutipan diatas ada dalam Ceramah Rutinan Majelis Maulid Wat Ta'lim Riyadlul Jannah oleh kyai Abu Said     dr ustad. Muhammad syafii II



 
  
.................................................................................................................... ..
tuk mendengarkan sholawat klik video di bawah
 
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=_4qgX9XsNhQ
 
ni video hadroh "assyaqiroh" dr desa sitanggal kec.larangan kab.brebes

Share:

Setan-setan dan Jin Durhaka Dikerangkeng; Pintu Surga Dibuka, dan Pintu Neraka Ditutup



Saking mulia dan sucinya bulan Romadhon, Allah mengikat para setan, dan jin yang durhaka; pintu-pintu surga dibuka, dan neraka ditutup.
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Jika malam pertama Romadhon datang, maka setan-setan, dan jin-jin durhaka dibelenggu; pintu-pintu neraka ditutup. Maka tak ada satu pintu(nya) pun yang terbuka; pintu-pintu surga dibuka. Maka tak ada suatu pintu pun yang ditutup; Seorang pemanggil memanggil,”Wahai pencari kebaikan, menghadaplah; wahai pencari kejelekan, berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Demikian itu pada setiap malam”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (682), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1642). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1960) ]
Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Andalusiy-rahimahullah- berkata dalam At-Tamhid (7/310), “Makna hadits ini menurut saya –Cuma Allah yang lebih tahu-: Allah melindungi di dalamnya kaum muslimin, atau dominannya dari maksiat-maksiat. Jadi, setan tidak akan bebas datang kepada mereka sebagaimana mereka bebas datang di sepanjang tahun”.
Ingat !! Namun kalian jangan menyangka bahwa setan ketika itu tak akan menggoda dirimu. Ketahuilah, ia akan tetap menggodamu, walaupun tidak segencar di bulan lain. Isilah hari-harimu dengan ketaatan, jangan mendekati jalan-jalan kemaksiatan sehingga engkau akan selamat darinya. Didiklah dirimu di bulan ini menjadi hamba yang taat, bukan hamba yang durhaka. Jika tidak, maka engkau akan menjadi bahan bakar Jahannam. Na’udzu billah minannar.
Sumber : Ramadhan Yang Kurindukan, Buletin Jum’at Al-Atsariyyah  http://www.darussalaf.or.id/myprint.php?id=877


Dibelenggunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka dan Dibukanya Pintu-Pintu Surga

Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad. Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang mengatur dan membersihkan jiwa.
Allah berfirman (yang artinya) : “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” [Al-Baqarah : 183]
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahannam dan dibukanya pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin-ed).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga [dalam riwayat Muslim : 'Dibukalah pintu-pintu rahmat"] dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan” [Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079]
Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya) : “Jika datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A'masy dari Abu Hurairah. Dan sanad hadits ini Hasan]
Sumber :  Keutamaan Bulan Suci Ramadhan, Penulis Syaikh Salim Bin ‘Ied Al-Hilaly, http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=300[1

Introspeksi Diri Di Bulan Ramadhan

Penulis : Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Shahabat yang mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”
Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya kitab Ash-Shaum, bab Hal Yuqalu Ramadhan au Syahru Ramadhan no. 1898, 1899. Dikeluarkan pula dalam kitab Bad‘ul Khalqi, bab Shifatu Iblis wa Junuduhu no. 3277. Adapun Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya membawakannya dalam kitab Ash-Shaum, dan diberikan judul babnya oleh Al-Imam An-Nawawi, Fadhlu Syahri Ramadhan no. 2492.
Pintu Kebaikan Terbuka, Pintu Kejelekan Tertutup
Kedatangan Ramadhan akan disambut dengan penuh kegembiraan oleh insan beriman yang selalu merindukan kehadirannya dan menghitung-hitung hari kedatangannya. Banyak keutamaan yang dijanjikan untuk diraih dan didapatkan di bulan mulia ini, di antaranya seperti tersebut dalam hadits yang menjadi pembahasan kita dalam rubrik ‘Hadits’ kali ini. Dan keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas didapatkan sejak awal malam Ramadhan yang mubarak sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no. 1960)
Pada bulan yang penuh barakah ini, kejahatan di muka bumi lebih sedikit, karena jin-jin yang jahat dibelenggu dan diikat, sehingga mereka tidak bebas untuk menyebarkan kerusakan di tengah manusia sebagaimana hal ini dapat mereka lakukan di luar bulan Ramadhan. Di hari-hari itu kaum muslimin tersibukkan dengan ibadah puasa yang dengannya akan mematahkan syahwat. Juga mereka tersibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah lainnya. (Al-Mirqah, Asy-Syaikh Mulla ‘Ali Al-Qari pada ta’liq Al-Misykat 1/783, hadits no. 1961)
Ibadah-ibadah ini akan melatih jiwa, membersihkan dan mensucikannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Karena amal shalih banyak dilakukan, demikian pula ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah, ditutuplah pintu-pintu jahannam dan dibuka pintu-pintu surga. (Shifatu Shaumin Nabiyyi Shallallahu `alaihi wasallam fi Ramadhan, hal. 18-19)
Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ adalah setan itu dibelenggu. Dan yang dimaksudkan dengan setan di sini adalah مَرَدَةُ الْجِنِّ sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Kata مَرَدَةٌ adalah bentuk jamak (lebih dari dua) dari kata الْمَارِدُ yaitu الْعَاتِي الشَّدِيْدُ , maknanya yang sangat angkuh, durhaka, bertindak sewenang-wenang lagi melampaui batas (lihat An-Nihayah fi Gharibil Hadits). Sehingga yang dibelenggu hanyalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat, adapun setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran.
Kita perlu nyatakan hal ini, kata Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi‘i rahimahullahu, agar jangan sampai engkau mengatakan: “Kami mendapatkan beberapa perselisihan dan fitnah di bulan Ramadhan (lalu bagaimana dikatakan setan-setan itu dibelenggu sementara kejahatan tetap ada? -pent.).” Kita jawab bahwa yang dibelenggu adalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat. Sedangkan setan-setan yang kecil dan setan-setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran tidak dibelenggu. Demikian pula jiwa yang memerintahkan kepada kejelekan, teman-teman duduk yang jelek dan tabiat yang memang senang dengan fitnah dan pertikaian. Semua ini tetap ada di tengah manusia, tidak terbelenggu kecuali jin-jin yang sangat jahat. (Ijabatus Sa`il ‘ala Ahammil Masa`il, hal. 163)
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullahu berkata dalam Shahih-nya (3/188): “Bab penyebutan keterangan bahwa hanyalah yang diinginkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ hanyalah jin-jin yang jahat, bukan semua setan. Karena nama setan terkadang diberikan kepada sebagian mereka (tidak dimaukan seluruhnya).”
Di bulan yang mubarak ini ada malaikat yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru untuk mengurangi kejelekan sebagaimana dalam lafadz hadits:
وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
“Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.”
Hadits-hadits tentang Keutamaan Ramadhan
Selain hadits di atas, banyak lagi hadits lain yang berbicara tentang keutamaan Ramadhan. Di antaranya akan kita sebutkan berikut ini:
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 1778)
2. Dari ‘Imran bin Murrah Al-Juhani radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله، وَأَنَّكَ رَسُوْلَ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، وَأَدَّيْتُ الزَّكاةَ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، فَمِمَّنْ أَنَا؟ قَالَ: مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Wahai Rasulullah, apa pendapat anda bila aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja dan aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, aku mengerjakan shalat lima waktu, menunaikan zakat dan puasa di bulan Ramadhan, maka termasuk dalam golongan manakah aku?” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan shiddiqin dan syuhada.” (HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya, dan lafadz yang disebutkan adalah lafadz Ibnu Hibban. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 989)
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ، لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang pada kalian Ramadhan bulan yang diberkahi. Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan atas kalian untuk puasa di bulan ini. Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu setan-setan yang sangat jahat. Pada bulan ini Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikan malam itu maka sungguh ia telah diharamkan.” (HR. Ahmad, 2/385, An-Nasa`i no. 2106, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa`i. Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 985, Al-Misykat no. 1962)
4. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةَ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, apabila dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 549)
Cukuplah kiranya keutamaan bagi Ramadhan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya di antara bulan-bulan yang ada untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kitab-Nya yang mulia di bulan berkah tersebut, di malam yang penuh kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dengan yang batil.” (Al-Baqarah: 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an itu pada malam Qadar (malam kemuliaan).” (Al-Qadar: 1)
Puasa Semestinya Membuahkan Takwa
Hikmah disyariatkannya puasa dinyatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullahu berkata: “Perkara takwa yang dikandung puasa di antaranya:
  • Orang yang puasa meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan kepadanya berupa makan, minum, jima’ dan semisalnya, sementara jiwa itu condong kepada perkara yang harus ditinggalkan tersebut. Semua itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengharapkan pahala-Nya. Ini termasuk takwa.
  • Orang yang puasa melatih jiwanya untuk merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala (muraqabatullah), maka ia meninggalkan apa yang diinginkan jiwanya padahal ia mampu melakukannya, karena ia mengetahui pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya.
  • Puasa itu menyempitkan jalan setan, karena setan itu berjalan pada anak Adam seperti peredaran/aliran darah. Dan puasa akan melemahkan jalannya sehingga mengecilkan perbuatan maksiat.
  • Orang yang puasa umumnya memperbanyak amalan ketaatan sementara amalan ketaatan termasuk perangai takwa.
  • Orang yang kaya jika merasakan tidak enaknya lapar maka mestinya ia akan memberikan kelapangan/memberi derma kepada orang-orang fakir yang tidak berpunya. Ini pun termasuk perangai takwa. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 86)
Dengan demikian sungguh tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa seharusnya momentum Ramadhan dijadikan langkah awal untuk memperbaiki iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk kemudian iman dan takwa itu terus dipupuk dan dirawat di bulan-bulan selanjutnya. Dan jangan dibiarkan terpisah dari jiwa dan raga hingga datang jemputan dari utusan Ar-Rahman (malaikat maut). Khususnya kita –penduduk negeri ini– seharusnya berkaca diri berkaitan dengan segala petaka yang menimpa negeri kita, demikian pula musibah yang datang terus menerus, lagi susul menyusul. Tidaklah semua ini menimpa kita kecuali karena dosa-dosa kita dan jauhnya kita dari iman serta takwa kepada Al-Khaliq.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan/ulah manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Ar-Rum: 41)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيْرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka hal itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan kalian.” (Asy-Syura: 30)
Musibah yang menimpa negeri ini berupa gempa, tsunami, meletusnya gunung berapi, tanah longsor, semburan lumpur panas, dan sebagainya bukanlah karena kesialan penguasa/pemerintah sebagaimana tuduhan orang-orang dungu atau pura-pura dungu. Namun justru karena dosa-dosa yang ada di negeri ini. Terlepas apakah bencana ini karena rekayasa asing yang ingin menjatuhkan dan menghancurkan negeri ini sebagaimana analisa sebagian orang, atau murni musibah tanpa rekayasa, toh semuanya ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai teguran bagi kita agar kembali kepada-Nya. Bangkit dari lumpur hitam dosa dan maksiat, untuk kemudian bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya.
Yang sangat disesalkan, di antara penduduk negeri ini banyak yang tidak sadar dari maksiat mereka dengan musibah yang menimpa. Mereka malah melakukan praktik-praktik kesyirikan, membuat sesajen penolak bala yang dipersembahkan kepada roh-roh penguasa laut, penguasa gunung, penguasa darat, dan sebagainya. Na’udzubillah min dzalik!!!
Sehubungan dengan momentum Ramadhan sebagai bulan untuk menambah iman dan takwa, serta terkait dengan banyaknya musibah yang menimpa negeri ini, bagus sekali untuk kita nukilkan nasihat dari Samahatusy Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu berkenaan dengan musibah yang menimpa anak Adam, khususnya gempa bumi1. Mudah-mudahan nasehat ini bisa menjadi renungan bagi anak negeri ini.
Beliau rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Memiliki hikmah Maha Mengetahui terhadap apa yang Dia putuskan dan tetapkan, sebagaimana Dia Maha Memiliki Hikmah lagi Maha Mengetahui dalam apa yang Dia syariatkan dan perintahkan. Dia menciptakan apa yang diinginkan-Nya berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dia tetapkan hal itu untuk menakut-nakuti hamba-Nya dan mengingatkan mereka tentang hak-Nya dan memperingatkan mereka dari kesyirikan, penyelisihan terhadap perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya.”
Selanjutnya beliau menyatakan: “Tidaklah diragukan bahwa gempa yang terjadi pada hari-hari ini di banyak tempat/negeri merupakan sejumlah tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Seluruh musibah gempa yang terjadi dan perkara lainnya yang membuat kemudharatan para hamba dan menyebabkan gangguan bagi mereka, adalah disebabkan kesyirikan dan maksiat.”
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Tidaklah satu kebaikan menimpamu melainkan itu dari Allah dan tidaklah satu kejelekan menimpamu melainkan karena ulah dirimu sendiri.” (An-Nisa`: 79)
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu berkata: “Yang wajib dilakukan oleh seluruh muslimin adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, istiqamah di atas agamanya dan berhati-hati dari seluruh perkara yang dilarang berupa syirik dan maksiat. Sehingga mereka memperoleh pengampunan, kelapangan, keselamatan di dunia dan di akhirat dari seluruh kejelekan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menolak dari mereka seluruh musibah, lalu menganugerahkan kepada mereka setiap kebaikan. Sebagaimana Ia berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُوْنَ
“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yang dulunya mereka upayakan.” (Al-A’raf: 96)
Kemudian Syaikh menukilkan ucapan Al-’Allamah Ibnul Qayyim rahimahullahu: “Di sebagian waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan bumi untuk bernapas panjang. Ketika itu terjadilah gempa/goncangan yang besar, sehingga menimbulkan ketakutan pada hamba-hamba-Nya, lalu mereka kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencabut diri dari maksiat, tunduk patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesali diri, sebagaimana ucapan sebagian salaf ketika terjadi gempa bumi: ‘Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian.’ Ketika terjadi gempa di kota Madinah, ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkhutbah dan memberi nasehat kepada penduduk Madinah dan beliau berkata: ‘Kalau gempa ini terjadi lagi, aku tidak akan tinggal bersama kalian di Madinah ini.’
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu menasehatkan: “Ketika terjadi gempa bumi dan tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala lainnya, gerhana, angin kencang dan banjir, yang wajib dilakukan adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk menghinakan diri kepada-Nya dan memohon maaf/kelapangan-Nya serta memperbanyak mengingat-Nya dan istighfar pada-Nya. Sebagaimana ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Apabila kalian melihat gerhana maka berlindunglah kalian dengan zikir/mengingat Allah, berdoa kepada-Nya dan istighfar.”
Disenangi pula untuk memberikan kasih sayang kepada fakir miskin dan bersedekah kepada mereka dengan dalil sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang menyayangi (memiliki sifat rahmah) akan dirahmati oleh Ar-Rahman. Sayangilah orang yang ada di bumi niscaya Yang di langit akan merahmati kalian.”2
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ
“Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi/dirahmati.”3
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau mengirim surat kepada gubernur-gubernurnya ketika terjadi gempa agar mereka bersedekah.
Termasuk sebab kelapangan dan keselamatan dari semua kejelekan adalah agar pemerintah bersegera mengambil tangan rakyatnya dan mengharuskan mereka untuk berpegang dengan kebenaran dan menjalankan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala pada mereka serta amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ
“Kaum mukminin dan mukminat sebagian mereka adalah wali/kekasih bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat dan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan dirahmati Allah.” (At-Taubah: 71)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى معْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
“Siapa yang melepaskan seorang mukmin dari satu bencana/kesulitan dunia niscaya Allah akan melepaskannya dari satu bencana di hari kiamat. Siapa yang memberi kemudahan bagi orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutup kejelekan/cacat seorang muslim, Allah pun akan menutup cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”4
Demikian nasehat dari Asy-Syaikh Ibnu Baz –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan melapangkan beliau di kuburnya, amin–. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati penduduk negeri ini dan menghilangkan musibah dari mereka serta memberi taufik kepada mereka agar bertaubat dan kembali kepada agama-Nya yang benar. Semoga penduduk negeri ini mengambil pelajaran yang berharga di bulan mubarak ini, bulan Ramadhan nan penuh keberkahan, menambah iman dan takwa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mereka menjadi , orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Allahumma amin.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Catatan kaki:
1 Dinukil secara ringkas dari kitab Majmu’ Fatawa Ibni Baz, 9/148-152.
2 HR. At-Tirmidzi no. 1924, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 922
3 HR. Al-Bukhari no. 7376
4 HR. Muslim no. 6793
Sumber: http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=374
Share:

Apa arti “Minal ‘Aidin wal Faizin”?

 
Oleh: Muhammad

Tidak terasa kita sudah memasuki akhir bulan Ramadhan. Kalau nanti malam hilal sudah terlihat dan dan diitsbat oleh pemerintah, maka insya ALLAH besok kita akan merayakan hari raya Idul Fithri.
Meski demikian ucapan selamat, baik lewat SMS, email, facebook dan media lainnya mulai kita terima. Di antaranya ada yang menggunakan ungkapan Minal ‘Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin,
Ucapan minal ‘aidin wal faizin sering sekali dijadikan ungkapan selamat dalam hari raya Idul Fitri di negeri kita. Namun, tahukah Anda apa artinya? Atau jangan-jangan Anda mengira arti minal ‘aidin wal faizin adalah mohon maaf lahir dan batin?
Entah darimana asal ungkapan ini, namun yang jelas ini sudah disebut-sebut dalam syair lagu Ismail Marzuki (w. 1958),
Minal Aidin Wal Faizin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Ini bukan berarti saya mengajak anda bernyanyi. Tidak sama sekali. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa ungkapan ini sudah dipakai jauh sebelum Anda lahir, namun tetap saja masih banyak orang yang belum tahu apa maknanya.
Sekarang coba kita perhatikan. Minal ‘aidin wal faizin bila ditulis dengan tulisan arab menjadi,

من العائدين والفائزين

Artinya secara leterleks adalah

“Termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya i’ed) dan orang-orang yang menang.”.
Mungkin yang diinginkan adalah sebuah doa bagi yang mendapat ucapan selamat,
“Semoga Anda termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya i’ed) dan orang-orang yang menang.”
Jadi, jangan salah mengartikan dengan “Mohon maaf lahir dan batin” lagi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, ucapan ini begitu popular di Indonesia. Bagaimana di negeri lain? Sejauh pengamatan saya, kaum muslimin di luar negeri tidaklah mempergunakan ucapan ini untuk mengungkapkan selamat idul fitri. Mereka biasa menggunakan, “Eid mubarak!” atau “Eid Sa’id”, bukan “Minal a’idin wal faizin,” walaupun di Malaysia dan Singapura mereka juga mengucapkan, “Maaf zahir batin.”
Nah sekarang dari sisi syar’inya, apakah ucapan ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Kalau tidak, bagaimanakah cara mengucapkan selamat Idul Fitri yang benar?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah salah seorang ulama besar Islam ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab [Majmu Al-Fatawa 24/253] : “Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Id : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (تقبل الله منا ومنكم). (yang artinya) : Semoga Allah menerima (ibadah) dari kami dan dari kalian”
Al Hafizh Ibnu Hajar, salah seorang ulama mazhab Asy Syafi’i juga pernah menyampaikan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (تقبل الله منا ومنكم) (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”.
Dan didapati pula bahwa mereka membalasnya dengan ucapan yang serupa.
Inilah yang dicontohkan oleh generasi Islam yang tentunya lebih untuk kita ikuti.
Wallahu a’lam bis shawab,

Purwodadi, 20 Ramadhan 1433 H.
Share:
Saya ingin bertanya terkait
problema di masyarakat. Banyak
sekali pemuda muslim yang sudah
memiliki pekerjaan dan sudah
punya pilihan tapi masih enggan
untuk cepat-cepat menikah dengan alasan belum mapan dan
berpacaran dengan si wanita.
Tidak hanya itu, banyak juga
orang tua yang menolak laki-laki
yang melamar anaknya gara-
gara belum mapan atau masih menginginkan anaknya menjadi
wanita karir terlebih dahulu.
Padahal, sudah ada laki-laki yang
suka, selama ini menjadi
pacarnya, dan sering berduaan.
Mohon penjelasannya. PEMBAHASAN : Allah SWT menciptakan manusia
berpasang-pasangan antara laki-
laki dan perempuan dengan
diberikan perasaan cinta dan
syahwat. Perasaan inilah yang
menjadikan manusia suka pada lawan jenis dan ingin hidup
bersama sebagaimana yang
terjadi pada penghulu manusia
yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa.
Namun demikian, manusia juga
dianugerahi akal yang membedakannya dengan makhluk
lainnya seperti hewan, sehingga
manusia terikat dengan aturan
khusus dalam berpasangan
dengan lawan jenisnya, yaitu
melalui pernikahan yang sah sesuai syari’at Islam. Pernikahan sebagai jalinan
hubungan dua insan laki-laki dan
perempuan disyariatkan untuk
memenuhi kebutuhan biologis
manusia yang halal dan sesuai
dengan aturan Syari’at. Disamping itu, masih banyak lagi
tujuan disyariatkannya
pernikahan ini di antaranya :
memperbanyak keturunan yang
bersujud kepada Allah, menjaga
mata dari pandangan yang haram, lebih-lebih lagi menjaga
kemaluan dari berbuat perzinaan
seperti telah termaktub
keharaman ini dalam al-Qur’an : َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺇ ﺎَﻧِّﺰﻟﺍ ﺍﻮُﺑَﺮْﻘَﺗ ﺎَﻟَﻭ ﺎًﻠﻴِﺒَﺳ َﺀﺎَﺳَﻭ ًﺔَﺸِﺣﺎَﻓ “Dan janganlah kamu mendekati
zina. Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang
buruk.” (Q.S. al-Isra’: 32) Rasulullah SAW memerintahkan
kepada para pemuda yang telah
mampu menikah untuk segera
melaksanakannya, sebagaimana
dalam sabdanya : ِﻦَﻣ ﺏﺎَﺒَّﺸﻟﺍ َﺮَﺸْﻌَﻣ ﺎَﻳ َﺓَﺀﺎَﺒﻟْﺍ ُﻢُﻜْﻨِﻣ َﻉﺎَﻄَﺘْﺳﺍ ْﺝَّﻭَﺰَﺘَﻴْﻠَﻓ ، ُّﺾَﻏَﺃ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ
ﺝْﺮَﻔْﻠِﻟ ُﻦَﺼْﺣَﺍَﻭ ِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ . ْﻦَﻤَﻓ ِﻡْﻮَّﺼﻟﺎِﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻌَﻓ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ْﺀﺎَﺟِﻭ ُﻪَﻟ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ “ Wahai para pemuda,
barangsiapa diantara kalian
mampu untuk menikah, maka
bersegeralah menikah, karena
sesungguhnya pernikahan itu
lebih menutup mata (dari pandangan haram) dan lebih
menjaga kemaluan (dari haram).
Barang siapa yang tidak mampu
maka berpuasalah, karena puasa
bisa menjadi perisai baginya.
“ (H.R. Muslim) Ulama’ memberikan perincian
pada hukum pernikahan sebagai
berikut : 1. Sunnah, jika menginginkan untuk
menikah serta mampu
membayarkan mahar dan
nafkah di hari pernikahan. 2. Makruh, jika tidak menginginkan
untuk menikah serta tidak
mendapatkan biaya pernikahan.
Jika gemar beribadah, maka
meninggalkan pernikahan dengan
menyibukkan diri dengan beribadah adalah lebih utama. 3. Haram, jika tidak sesuai dengan
aturan syari’at seperti kawin
kontrak. Oleh karena itu, jika seorang
pemuda telah menginginkan
untuk menikah dan mampu, maka
hendaknya ia bersegera
mengerjakan sunnah Rasulullah
itu dengan niat menyelamatkan diri dan agamanya dari
kemaksiatan. Ada pun masalah
kemapanan dalam ekonomi, hal ini
sebenarnya bagian dari suratan
takdir Ilahi. Kita tinggal
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah setelah proses
ikhtiar (usaha) dilakukan dengan
bekerja. Dalam hal ini Allah SWT telah
memberikan jaminan kecukupan
bagi orang yang kurang mapan
yang menikah untuk
menyelamatkan diri dan
agamanya dari kemaksiatan sebagaimana dalam al-Qur’an : ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﻰَﻣﺎَﻳَﺄْﻟﺍ ﺍﻮُﺤِﻜْﻧَﺃَﻭ ْﻢُﻛِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍَﻭ ﺍﻮُﻧﻮُﻜَﻳ ْﻥِﺇ ْﻢُﻜِﺋﺎَﻣِﺇَﻭ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢِﻬِﻨْﻐُﻳ َﺀﺍَﺮَﻘُﻓ ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٌﻊِﺳﺍَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ “Dan kawinkanlah orang-orang
yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” (Q.S. an-Nur:
32) Perhatikan janji Allah dalam ayat
di atas yang akan mencukupi
orang yang menikah, karena
sungguh Allah tiada mengingkari
janji-Nya. Ini adalah pemberian
atau rizki Allah secara khusus kepada orang yang menikah
setelah pemberian atau rizki
secara umum kepada semua
makhluk-Nya sebagaimana
termaktub dalam al-Qur’an : ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ﻲِﻓ ٍﺔَّﺑﺍَﺩ ْﻦِﻣ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬُﻗْﺯِﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺎَّﻟِﺇ “Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi
rezkinya..”(Q.S. Hud;6) Jadi tidak benar jika seorang
pemuda tidak segera menikah
karena belum mapan dengan
alasan mengejar karir, tapi
menjalin hubungan (berpacaran)
yang sudah jelas diharamkan syari’at. Yang bersangkutan
berarti meragukan janji Allah.
Begitu pula bagi orang tua yang
suka menolak pemuda yang
meminang putrinya dengan
alasan si laki-laki belum mapan atau menginginkan putrinya
menjadi wanita karir dulu. Di sisi
lain, si orang tua tidak
memperdulikan putrinya
berpacaran, berduaan dan
berjalan dengan laki-laki yang bukan mahrom hingga tidak
sedikit dari mereka yang
terjerumus dalam perzinaan dan
hamil di luar nikah. Ini semua
merupakan akibat persepsi-
persepsi salah yang mereka anut hingga tidak memperdulikan
keselamatan agamanya. Padahal
sebagai orang tua atau kepala
keluarga diwajibkan untuk selalu
menjaga diri dan keluarga dari
api neraka. Alasan ingin menjadi orang mapan
atau menggapai cita-cita terlebih
dahulu sebelum menikah, akan
bisa dibenarkan dengan syarat
tetap menjadi pribadi yang
bertaqwa dengan menjaga kesucian diri dan agamanya dari
hubungan yang dilarang oleh
Syari’at, sebagaimana dalam
firman Allah SWT : ﺎَﻟ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ِﻒِﻔْﻌَﺘْﺴَﻴْﻟَﻭ ُﻢُﻬَﻴِﻨْﻐُﻳ ﻰَّﺘَﺣ ﺎًﺣﺎَﻜِﻧ َﻥﻭُﺪِﺠَﻳ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ “Dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan
karunia-Nya. …” (Q.S. an-Nur:
33). Tidak sedikit dari para ulama’
dan orang sholeh yang tidak
menikah karena alasan tertentu
dan tetap menjaga diri dan
agamanya dari lembah
kemaksiatan. Salah satu dari orang-orang ini adalah Imam
Nawawi, seorang imam
terkemuka dalam madzhab
Syafi’i. Beliau selalu menyibukkan
diri dengan beribadah, dakwah
dan mengarang kitab untuk kemaslahatan umat Islam, hingga
beliau tidak menikah karena
takut tersibukkan oleh
kehadiran istri dalam
kehidupannya. Ketahuilah bahwa kita diciptakan
Allah di dunia ini untuk beribadah
dan menjadi hamba yang
bertakwa, bukan untuk tujuan-
tujuan duniawi dan
memperbanyak materi, karena Allah telah memberikan jaminan
atasnya. Sehingga yang
terpenting bagi kita adalah
bagaimana berusaha untuk selalu
taat kepada perintah Allah dan
Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan keduanya. Menikah, jika
dilakukan dengan tujuan untuk
menyelamatkan diri dan agama
dari fitnah zaman, kemaksiatan
yang sudah merajalela, bukanlah
menjadi suatu beban dalam ekonomi, tapi justru bisa
menjadi kunci sukses ekonomi
karena adanya jaminan dari Allah.
Jadilah hamba yang taat dalam
mengikuti aturan dan syariat,
insya Allah Anda akan sukses dunia akhirat….(*)
Share:

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.