Saking
mulia dan sucinya bulan Romadhon, Allah mengikat para setan, dan jin
yang durhaka; pintu-pintu surga dibuka, dan neraka ditutup.
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ
الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ
يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ
مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا
بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ
كُلَّ لَيْلَةٍ
“
Jika malam pertama Romadhon datang, maka setan-setan, dan jin-jin durhaka dibelenggu; pintu-pintu neraka ditutup.
Maka tak ada satu pintu(nya) pun yang terbuka; pintu-pintu surga
dibuka. Maka tak ada suatu pintu pun yang ditutup; Seorang pemanggil
memanggil,”Wahai pencari kebaikan, menghadaplah; wahai pencari
kejelekan, berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan
dari neraka. Demikian itu pada setiap malam”. [HR. At-Tirmidziy dalam
Sunan-nya (682), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1642). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1960) ]
Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Andalusiy-rahimahullah- berkata dalam
At-Tamhid (7/310), “Makna hadits ini menurut saya –Cuma Allah yang lebih
tahu-:
Allah melindungi di dalamnya kaum muslimin, atau
dominannya dari maksiat-maksiat. Jadi, setan tidak akan bebas datang
kepada mereka sebagaimana mereka bebas datang di sepanjang tahun”.
Ingat !! Namun kalian jangan menyangka bahwa setan ketika itu tak akan menggoda dirimu.
Ketahuilah, ia akan tetap menggodamu, walaupun tidak segencar di bulan lain.
Isilah hari-harimu dengan ketaatan, jangan mendekati jalan-jalan
kemaksiatan sehingga engkau akan selamat darinya. Didiklah dirimu di
bulan ini menjadi hamba yang taat, bukan hamba yang durhaka. Jika tidak,
maka engkau akan menjadi bahan bakar Jahannam. Na’udzu billah minannar.
Sumber : Ramadhan Yang Kurindukan, Buletin Jum’at Al-Atsariyyah
http://www.darussalaf.or.id/myprint.php?id=877
Dibelenggunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka dan Dibukanya Pintu-Pintu Surga
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan
diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad.
Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan
yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah
syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang
mengatur dan membersihkan jiwa.
Allah berfirman (yang artinya) : “Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
[Al-Baqarah : 183]
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahannam dan dibukanya
pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh
banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni
ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum
mukminin-ed).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga [dalam
riwayat Muslim : 'Dibukalah pintu-pintu rahmat"] dan ditutup pintu-pintu
neraka dan dibelenggu syetan” [Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim
1079]
Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang
artinya) : “Jika datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan
dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu
pintu-pintu yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu
pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang
ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah.
Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu
terjadi pada setiap malam” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu
Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A'masy dari Abu
Hurairah. Dan sanad hadits ini Hasan]
Sumber : Keutamaan Bulan Suci Ramadhan, Penulis Syaikh Salim Bin ‘Ied Al-Hilaly,
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=300[1
Introspeksi Diri Di Bulan Ramadhan
Penulis : Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Shahabat yang mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”
Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu
dalam Shahih-nya kitab Ash-Shaum, bab Hal Yuqalu Ramadhan au Syahru
Ramadhan no. 1898, 1899. Dikeluarkan pula dalam kitab Bad‘ul Khalqi, bab
Shifatu Iblis wa Junuduhu no. 3277. Adapun Al-Imam Muslim rahimahullahu
dalam Shahih-nya membawakannya dalam kitab Ash-Shaum, dan diberikan
judul babnya oleh Al-Imam An-Nawawi, Fadhlu Syahri Ramadhan no. 2492.
Pintu Kebaikan Terbuka, Pintu Kejelekan Tertutup
Kedatangan Ramadhan akan disambut dengan penuh kegembiraan oleh insan
beriman yang selalu merindukan kehadirannya dan menghitung-hitung hari
kedatangannya. Banyak keutamaan yang dijanjikan untuk diraih dan
didapatkan di bulan mulia ini, di antaranya seperti tersebut dalam
hadits yang menjadi pembahasan kita dalam rubrik ‘Hadits’ kali ini. Dan
keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas didapatkan sejak awal malam
Ramadhan yang mubarak sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ
الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ
يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ
أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ
النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan
dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup
tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka
tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan:
‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang
yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang
yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap
malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah
dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu
dalam Al-Misykat no. 1960)
Pada bulan yang
penuh barakah ini, kejahatan di muka bumi lebih sedikit, karena jin-jin
yang jahat dibelenggu dan diikat, sehingga mereka tidak bebas untuk
menyebarkan kerusakan di tengah manusia sebagaimana hal ini dapat mereka
lakukan di luar bulan Ramadhan. Di hari-hari itu kaum
muslimin tersibukkan dengan ibadah puasa yang dengannya akan mematahkan
syahwat. Juga mereka tersibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan
ibadah-ibadah lainnya. (Al-Mirqah, Asy-Syaikh Mulla ‘Ali Al-Qari pada
ta’liq Al-Misykat 1/783, hadits no. 1961)
Ibadah-ibadah ini akan melatih jiwa, membersihkan dan mensucikannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan
kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Karena amal shalih banyak dilakukan, demikian pula ucapan-ucapan yang
baik berlimpah ruah, ditutuplah pintu-pintu jahannam dan dibuka
pintu-pintu surga. (Shifatu Shaumin Nabiyyi Shallallahu `alaihi wasallam
fi Ramadhan, hal. 18-19)
Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ adalah
setan itu dibelenggu.
Dan yang dimaksudkan dengan setan di sini adalah مَرَدَةُ الْجِنِّ
sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Kata مَرَدَةٌ adalah bentuk jamak (lebih dari dua) dari kata الْمَارِدُ
yaitu الْعَاتِي الشَّدِيْدُ , maknanya yang sangat angkuh, durhaka,
bertindak sewenang-wenang lagi melampaui batas (lihat An-Nihayah fi
Gharibil Hadits).
Sehingga
yang dibelenggu hanyalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat,
adapun setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran.
Kita perlu nyatakan hal ini, kata Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi
Al-Wadi‘i rahimahullahu, agar jangan sampai engkau mengatakan: “Kami
mendapatkan beberapa perselisihan dan fitnah di bulan Ramadhan (lalu
bagaimana dikatakan setan-setan itu dibelenggu sementara kejahatan tetap
ada? -pent.).”
Kita
jawab bahwa yang dibelenggu adalah setan dari kalangan jin yang sangat
jahat. Sedangkan setan-setan yang kecil dan setan-setan dari kalangan
manusia tetap berkeliaran tidak dibelenggu. Demikian pula jiwa yang
memerintahkan kepada kejelekan, teman-teman duduk yang jelek dan tabiat
yang memang senang dengan fitnah dan pertikaian. Semua ini tetap ada di
tengah manusia, tidak terbelenggu kecuali jin-jin yang sangat jahat. (Ijabatus Sa`il ‘ala Ahammil Masa`il, hal. 163)
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullahu berkata dalam Shahih-nya
(3/188): “Bab penyebutan keterangan bahwa hanyalah yang diinginkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya وَصُفِّدَتِ
الشَّيَاطِيْنُ
hanyalah jin-jin yang jahat, bukan semua setan. Karena nama setan terkadang diberikan kepada sebagian mereka (tidak dimaukan seluruhnya).”
Di bulan yang mubarak ini ada malaikat yang menyeru kepada kebaikan
dan menyeru untuk mengurangi kejelekan sebagaimana dalam lafadz hadits:
وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
“Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.”
Hadits-hadits tentang Keutamaan Ramadhan
Selain hadits di atas, banyak lagi hadits lain yang berbicara tentang
keutamaan Ramadhan. Di antaranya akan kita sebutkan berikut ini:
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan
mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.
Al-Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 1778)
2. Dari ‘Imran bin Murrah Al-Juhani radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
الله، وَأَنَّكَ رَسُوْلَ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ،
وَأَدَّيْتُ الزَّكاةَ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، فَمِمَّنْ أَنَا؟ قَالَ: مِنَ
الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Wahai Rasulullah, apa pendapat anda bila aku bersaksi bahwasanya
tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja dan aku bersaksi
bahwa engkau adalah Rasulullah, aku mengerjakan shalat lima waktu,
menunaikan zakat dan puasa di bulan Ramadhan, maka termasuk dalam
golongan manakah aku?” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan
shiddiqin dan syuhada.” (HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
dalam Shahih keduanya, dan lafadz yang disebutkan adalah lafadz Ibnu
Hibban. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih
At-Targhib wat Tarhib no. 989)
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ
فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ،
لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا
فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang pada kalian Ramadhan bulan yang diberkahi. Allah
Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan atas kalian untuk puasa di bulan ini.
Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu
neraka serta dibelenggu setan-setan yang sangat jahat. Pada bulan ini
Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang
diharamkan untuk mendapatkan kebaikan malam itu maka sungguh ia telah
diharamkan.” (HR. Ahmad, 2/385, An-Nasa`i no. 2106, dishahihkan
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa`i. Lihat Shahih
At-Targhib wat Tarhib no. 985, Al-Misykat no. 1962)
4. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةَ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ
إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتُنِبَتِ
الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya dan Ramadhan ke
Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, apabila
dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 549)
Cukuplah kiranya keutamaan bagi Ramadhan dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala memilihnya di antara bulan-bulan yang ada untuk Allah Subhanahu
wa Ta’ala turunkan kitab-Nya yang mulia di bulan berkah tersebut, di
malam yang penuh kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dengan yang batil.”
(Al-Baqarah: 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an itu pada malam Qadar (malam kemuliaan).” (Al-Qadar: 1)
Puasa Semestinya Membuahkan Takwa
Hikmah disyariatkannya puasa dinyatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan
kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullahu berkata: “Perkara takwa yang dikandung puasa di antaranya:
- Orang yang puasa meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
haramkan kepadanya berupa makan, minum, jima’ dan semisalnya, sementara
jiwa itu condong kepada perkara yang harus ditinggalkan tersebut. Semua
itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, mengharapkan pahala-Nya. Ini termasuk takwa.
- Orang yang puasa melatih jiwanya untuk merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala (muraqabatullah),
maka ia meninggalkan apa yang diinginkan jiwanya padahal ia mampu
melakukannya, karena ia mengetahui pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala
terhadapnya.
- Puasa itu menyempitkan jalan setan, karena setan itu berjalan pada
anak Adam seperti peredaran/aliran darah. Dan puasa akan melemahkan
jalannya sehingga mengecilkan perbuatan maksiat.
- Orang yang puasa umumnya memperbanyak amalan ketaatan sementara amalan ketaatan termasuk perangai takwa.
- Orang yang kaya jika merasakan tidak enaknya lapar maka mestinya ia
akan memberikan kelapangan/memberi derma kepada orang-orang fakir yang
tidak berpunya. Ini pun termasuk perangai takwa. (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal. 86)
Dengan demikian sungguh tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa
seharusnya momentum Ramadhan dijadikan langkah awal untuk memperbaiki
iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk kemudian iman dan
takwa itu terus dipupuk dan dirawat di bulan-bulan selanjutnya. Dan
jangan dibiarkan terpisah dari jiwa dan raga hingga datang jemputan dari
utusan Ar-Rahman (malaikat maut). Khususnya kita –penduduk negeri ini–
seharusnya berkaca diri berkaitan dengan segala petaka yang menimpa
negeri kita, demikian pula musibah yang datang terus menerus, lagi susul
menyusul. Tidaklah semua ini menimpa kita kecuali karena dosa-dosa kita
dan jauhnya kita dari iman serta takwa kepada Al-Khaliq.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan/ulah manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang
benar.” (Ar-Rum: 41)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيْرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka hal itu disebabkan
oleh perbuatan tangan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar
dari kesalahan-kesalahan kalian.” (Asy-Syura: 30)
Musibah yang menimpa negeri ini berupa gempa, tsunami, meletusnya
gunung berapi, tanah longsor, semburan lumpur panas, dan sebagainya
bukanlah karena kesialan penguasa/pemerintah sebagaimana tuduhan
orang-orang dungu atau pura-pura dungu. Namun justru karena dosa-dosa
yang ada di negeri ini. Terlepas apakah bencana ini karena rekayasa
asing yang ingin menjatuhkan dan menghancurkan negeri ini sebagaimana
analisa sebagian orang, atau murni musibah tanpa rekayasa, toh semuanya
ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai teguran bagi kita agar
kembali kepada-Nya. Bangkit dari lumpur hitam dosa dan maksiat, untuk
kemudian bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya.
Yang sangat disesalkan, di antara penduduk negeri ini banyak yang
tidak sadar dari maksiat mereka dengan musibah yang menimpa. Mereka
malah melakukan praktik-praktik kesyirikan, membuat sesajen penolak bala
yang dipersembahkan kepada roh-roh penguasa laut, penguasa gunung,
penguasa darat, dan sebagainya. Na’udzubillah min dzalik!!!
Sehubungan dengan momentum Ramadhan sebagai bulan untuk menambah iman
dan takwa, serta terkait dengan banyaknya musibah yang menimpa negeri
ini, bagus sekali untuk kita nukilkan nasihat dari Samahatusy Syaikh
Ibnu Baz rahimahullahu berkenaan dengan musibah yang menimpa anak Adam,
khususnya gempa bumi
1. Mudah-mudahan nasehat ini bisa menjadi renungan bagi anak negeri ini.
Beliau rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Memiliki
hikmah Maha Mengetahui terhadap apa yang Dia putuskan dan tetapkan,
sebagaimana Dia Maha Memiliki Hikmah lagi Maha Mengetahui dalam apa yang
Dia syariatkan dan perintahkan. Dia menciptakan apa yang diinginkan-Nya
berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dia tetapkan hal itu untuk
menakut-nakuti hamba-Nya dan mengingatkan mereka tentang hak-Nya dan
memperingatkan mereka dari kesyirikan, penyelisihan terhadap
perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya.”
Selanjutnya beliau menyatakan: “Tidaklah diragukan bahwa gempa yang
terjadi pada hari-hari ini di banyak tempat/negeri merupakan sejumlah
tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya Allah
Subhanahu wa Ta’ala hendak menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Seluruh
musibah gempa yang terjadi dan perkara lainnya yang membuat kemudharatan
para hamba dan menyebabkan gangguan bagi mereka, adalah disebabkan
kesyirikan dan maksiat.”
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Tidaklah satu kebaikan menimpamu melainkan itu dari Allah dan
tidaklah satu kejelekan menimpamu melainkan karena ulah dirimu sendiri.”
(An-Nisa`: 79)
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu berkata: “Yang wajib dilakukan oleh
seluruh muslimin adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
istiqamah di atas agamanya dan berhati-hati dari seluruh perkara yang
dilarang berupa syirik dan maksiat. Sehingga mereka memperoleh
pengampunan, kelapangan, keselamatan di dunia dan di akhirat dari
seluruh kejelekan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menolak dari mereka
seluruh musibah, lalu menganugerahkan kepada mereka setiap kebaikan.
Sebagaimana Ia berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُوْنَ
“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami
bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka
malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yang
dulunya mereka upayakan.” (Al-A’raf: 96)
Kemudian Syaikh menukilkan ucapan Al-’Allamah Ibnul Qayyim
rahimahullahu: “Di sebagian waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan
bumi untuk bernapas panjang. Ketika itu terjadilah gempa/goncangan yang
besar, sehingga menimbulkan ketakutan pada hamba-hamba-Nya, lalu mereka
kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencabut diri dari maksiat,
tunduk patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesali diri,
sebagaimana ucapan sebagian salaf ketika terjadi gempa bumi:
‘Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian.’ Ketika terjadi gempa di kota
Madinah, ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkhutbah dan memberi
nasehat kepada penduduk Madinah dan beliau berkata: ‘Kalau gempa ini
terjadi lagi, aku tidak akan tinggal bersama kalian di Madinah ini.’
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu
menasehatkan: “Ketika terjadi gempa bumi dan tanda-tanda kekuasaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala lainnya, gerhana, angin kencang dan banjir, yang
wajib dilakukan adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
tunduk menghinakan diri kepada-Nya dan memohon maaf/kelapangan-Nya serta
memperbanyak mengingat-Nya dan istighfar pada-Nya. Sebagaimana ucapan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Apabila
kalian melihat gerhana maka berlindunglah kalian dengan zikir/mengingat
Allah, berdoa kepada-Nya dan istighfar.”
Disenangi pula untuk memberikan kasih sayang kepada fakir miskin dan
bersedekah kepada mereka dengan dalil sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang menyayangi (memiliki sifat rahmah) akan dirahmati
oleh Ar-Rahman. Sayangilah orang yang ada di bumi niscaya Yang di langit
akan merahmati kalian.”
2
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ
“Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi/dirahmati.”
3
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau
mengirim surat kepada gubernur-gubernurnya ketika terjadi gempa agar
mereka bersedekah.
Termasuk sebab kelapangan dan keselamatan dari semua kejelekan adalah
agar pemerintah bersegera mengambil tangan rakyatnya dan mengharuskan
mereka untuk berpegang dengan kebenaran dan menjalankan syariat Allah
Subhanahu wa Ta’ala pada mereka serta amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ
“Kaum mukminin dan mukminat sebagian mereka adalah wali/kekasih bagi
sebagian yang lain. Mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang
dari yang mungkar, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan dirahmati Allah.”
(At-Taubah: 71)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ
اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ
عَلَى معْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَمَنْ
سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَاللهُ
فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
“Siapa yang melepaskan seorang mukmin dari satu bencana/kesulitan
dunia niscaya Allah akan melepaskannya dari satu bencana di hari kiamat.
Siapa yang memberi kemudahan bagi orang yang sedang kesulitan niscaya
Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan di akhirat. Siapa
yang menutup kejelekan/cacat seorang muslim, Allah pun akan menutup
cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang
hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”
4
Demikian nasehat dari Asy-Syaikh Ibnu Baz –semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan melapangkan
beliau di kuburnya, amin–. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati
penduduk negeri ini dan menghilangkan musibah dari mereka serta memberi
taufik kepada mereka agar bertaubat dan kembali kepada agama-Nya yang
benar. Semoga penduduk negeri ini mengambil pelajaran yang berharga di
bulan mubarak ini, bulan Ramadhan nan penuh keberkahan, menambah iman
dan takwa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mereka menjadi ,
orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Allahumma amin.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Catatan kaki:
1 Dinukil secara ringkas dari kitab Majmu’ Fatawa Ibni Baz, 9/148-152.
2 HR. At-Tirmidzi no. 1924, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 922
3 HR. Al-Bukhari no. 7376
4 HR. Muslim no. 6793
Sumber:
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=374